Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah Universal. Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja (working definition), sehingga bergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara
di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan
kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan
batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.
Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama. Namun secara umum globalisasi diartikan suatu proses di mana antar individu, antar kelompok, dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang melintasi batas negara.
Sedangkan modernisasi dalam ilmu sosial merujuk pada sebuah bentuk transformasi
dari keadaan yang kurang maju atau kurang berkembang ke arah yang lebih
baik dengan harapan akan tercapai kehidupan masyarakat yang lebih maju,
berkembang, dan makmur. Diungkapkan pula modernisasi merupakan hasil
dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang terus berkembang sekarang ini. Tingkat teknologi dalam membangun
modernisasi betul-betul dirasakan dan dinikmati oleh semua lapisan
masyarakat, dari kota metropolitan sampai ke desa-desa terpencil. Menurut
kamus besar bahasa Indonesia, modernisasi itu dapat diartikan pula pada
sebuah perubahan yang sangat signifikan didalam pola hidup manusia
seperti dari sebuah zaman tradisional menjadi zaman yang modern.
Sehingga dengan adanya zaman modern ini, dapat membuat sebuah pekerjaan
terlihat lebih mudah atau instant.
Pengertian Hedonisme, Konsumerisme dan Individualisme
· Pengertian Hedonisme
Kata hedonisme diambil dari Bahasa Yunani hēdonismos dari akar kata hēdonē, artinya "kesenangan". Secara umum Hedonisme
adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia
dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin
menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan. Hedonisme merupakan
ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan
hidup dan tindakan manusia. Hedonisme ingin menjawab pertanyaan filsafat
"apa yang menjadi hal terbaik bagi manusia?" Hal ini diawali dengan
Sokrates yang menanyakan tentang apa yang sebenarnya menjadi tujuan
akhir manusia.
· Pengertian Konsumerisme
Konsumerisme adalah paham atau ideologi yang menjadikan seseorang atau kelompok melakukan atau menjalankan proses konsumsi atau pemakaian barang-barang hasil produksi secara berlebihan atau tidak sepantasnya secara sadar dan berkelanjutan. Hal tersebut menjadikan manusia
menjadi pecandu dari suatu produk, sehingga ketergantungan tersebut
tidak dapat atau susah untuk dihilangkan. Sifat konsumtif yang
ditimbulkan akan menjadikan penyakit jiwa yang tanpa sadar menjangkit manusia dalam kehidupannya.
Pengertian yang singkat ini sudah menjelaskan bahwa konsumersisme itu
benar-benar mengarah ke dampak yang tidak baik ataupun negative.
· Pengertian Individualisme
Individualisme merupakan satu falsafah yang mempunyai pandangan moral, politik atau sosial yang
menekankan kemerdekaan manusia serta kepentingan bertanggungjawab dan
kebebasan sendiri. Seorang individualis akan melanjutkan percapaian dan
kehendak peribadi. seseorang
individualis tidak terikat kepada takat moral yang diguna pakai oleh
masyarakat dan individualis adalah bebas untuk mementingkan diri
sendiri, hidup dengan altruisme atau
apa-apapun cara hidup yang mereka gemar tanpa memedulikan orang lain,
dan bahkan sampai melupakan kodrat mereka sebagai makhluk social. Sikap
hidup seperti inilah yang dapat memudarkan solideritas dan
kesetiakawanan sosial, musyawarah mufakat, gotong royong dan sebagainya.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, Individualisme adalah gabungan dari
2 buah kata yaitu individual=pribadi dan isme=faham dalam arti besar
merupakan satu paham yang menerangkan bahwa seseorang yang mementingkan
haknya pribadi tanpa memperhatikan orang lain.
Hubungan Hedonisme, Konsumerisme, dan Individualisme dengan Globalisasi dan Modernisasi.
Pandangan hidup seperti hedonisme, konsumerisme, dan individualisme
tidak terlepas dari proses globalisasi dan modernisasi. Dalam era
globalisasi dan modernisasi ini, hampir semua orang mengutamakan
kesenangan semata, konsumsi dalam skala besar, dan pencapaian
benda-benda materi dalam segala upaya. Untuk mencapai semua yang
diinginkannya itu segalah usaha akan dilakukan, walaupun harus
mengorbankan banyak hal yang dimilikinya.
Dalam kaitannya dengan hedonisme, di era globalisasi dan modernisme ini mencapai kenikmatan atau kesenangan semata adalah tujuan mutlak. Hedonisme sendiri bermakna bahwa pemujaan terhadap kesenangan dan kenikmatan dunia harus dikejar, dan itulah tujuan hidup yang paling hakiki bagi manusia. Hal ini menyebabkan perilaku manusia sebagai konsumen semakin menggila, yaitu Perilaku yang mengatas-namakan merk, kekuasaan, dan kenikmatan sesaat. Dampak negatifnya, muncul ideologi bahwa formalitas kini menjadi segalanya, hal terpenting bagi dirinya adalah images yang di mana mereka dapat menyalurkan hasrat. Contoh tindakan hedonisme dalam era globalisasi ini muncul dalam beragam tindakan aktivitas, mulai dari penomorsatuan sebuah merk, hingga free sex.
Sama halnya dengan hedonisme, globalisasi dan modernisasi juga mampu menyebarkan ideologi konsumerisme. Hal ini dikarenakan perkembangan dan kemajuan teknologi yang semakin pesat sehingga segala sesuatu sangat mudah untuk didapatkan. Perkembangan teknologi, misalnya perkembangan industri yang pesat membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk mengonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada.
Dewasa
ini Bisa kita lihat bahwa kebutuhan yang dibeli atau di konsumsi adalah
barang-barang yang menurut pandangan mereka adalah barang-barang yang
“mewah” misalnya kulkas, televisi, radio, tape-corder, kompor gas,
bahan, alat-alat masak dan makanan-makanan (supermi dan sejenisnya,
snack dan sebagainya). Pembelian–pembelian tersebut begitu meriahnya,
tanpa disadari pentingnya setelah mereka membeli.
Saat melakukan pembelian barang-barang tersebut memang tidak akan menjadi beban yang bersangkutan manakala yang dibeli adalah bahan-bahan makanan/ minuman atau alat-alat masak yang tidak elektromik. Akan tetapi ternyata mereka sekarang membeli peralatan dan barang-barang yang tidak primer dan yang elektronik (Kulkas, TV misalnya), tidak terpikirkan bahwa setelah membeli dan memiliki akan mengandung biaya.
Saat melakukan pembelian barang-barang tersebut memang tidak akan menjadi beban yang bersangkutan manakala yang dibeli adalah bahan-bahan makanan/ minuman atau alat-alat masak yang tidak elektromik. Akan tetapi ternyata mereka sekarang membeli peralatan dan barang-barang yang tidak primer dan yang elektronik (Kulkas, TV misalnya), tidak terpikirkan bahwa setelah membeli dan memiliki akan mengandung biaya.
Biaya
yang ditanggung secara harian atau bulanan adalah biaya listrik,
sementara barang-barang tersebut kurang produktif untuk bisa
menghasilkan uang secara harian atau bulanan. Pembelian tersebut sekedar
menghabiskan uang “dadakan” yang tidak diperhitungkan beban selanjutnya
setelah memiliki barang-barang tersebut. Hal-hal tersebut merupakan
sifat-sifat konsumerisme.
Proses
globalisasi dan modernisasi yang terjadi juga menciptakan pandangan
hidup lainnya, yaitu individualisme. Dengan adanya kemajuan teknologi
dan pencampuran budaya asing, telah mengubah paradigma seseorang yang
menganggap bahwa mampu memiliki benda atau materi yang lebih tinggi dari
orang lainnya adalah tujuan ia hidup di dunia ini. Usaha-usaha yang
dilakukan dalam pemenuhan kebutuhan tersebut bahkan dilakukan tanpa
perlu mengandalkan orang lain atau biasa disebut dengan individualis.
Orang-orang yang menganut pandangan ini menganggap bahwa dirinya
sendirilah yang menjadi kunci dalam kesuksesan dirinya sendiri atau
bahkan organisasi sekitarnya. Kehidupan menyendiri adalah salah satu
ciri kehidupan individualis.
Perkembangan pandangan hidup hedonisme, konsumerisme, dan individualism dalam era globalisasi dan modernisasi
· Hedonisme muncul pada awal sejarah filsafat sekitar tahun 433 SM. Hedonisme ingin menjawab pertanyaan filsafat
"apa yang menjadi hal terbaik bagi manusia?" Hal ini diawali dengan
Sokrates yang menanyakan tentang apa yang sebenarnya menjadi tujuan
akhir manusia. Lalu Aristippos dari Kyrene (433-355 SM) menjawab bahwa yang menjadi hal terbaik bagi manusia adalah kesenangan. Dalam era globalisasi dan modernisasi ini, pandangan hidup hedonisme telah menjadi trend
bagi sebagian besar kalangan. Mereka memiliki pemahaman yang
mementingkan kesukaan dan kemewahan dalam kehidupan, tanpa menghiraukan
larangan agama dan tatasusila. Kesenangan, kesukaan, dan kemewahaan
diera globalisasi dan modernisasi ini dilambangkan dengan uang.
Peningkatan ideologi hidup hedonisme ini dapat dilihat dari contoh kriminalitas, salah satunya yaitu korupsi. Dewasa ini, tidak ada Negara yang terlepas dari praktik kasus korpusi. Mereka tidak memperdulkan akan setiap pihak-pihak yang dirugikan, karena yang menjadi tujuan utama kehidupan mereka adalah kesenangan dan kemewahan. Dengan mengumpulkan uang sebanyak-banykanya maka kesenangan dan kepuasan itu dapat terpenuhi, tidak perduli bagaimanapun caranya. Agama yang seharusnya menjadi penghambat maupun penunnjuk arah bagi mereka tidak lagi dipandang eksistensinya.
· Dalam
era kehidupan globalisasi dan modernisasi sekarang ini, polah hidup
konsumtif atau konsumerisme telah berkembang pesat. Pandangan kehidupan
konsumerisme ini bukan saja telah menjangkit masyarakat menengah ke atas
saja, akan tetapi telah sampai pada masyarakat yang paling bawah dalam
tingkatan sosial dan ekonominya. Pola hidup konsumtif ini bisa kita
lihat dalam kehidupan sehari-hari, bahwa barang yang mereka beli adalah
barang-barang yang menurut pandangan mereka adalah barang-barang yang
“mewah” misalnya kulkas, televisi, radio, tape-corder, kompor gas,
bahan, alat-alat masak dan makanan-makanan (supermi dan sejenisnya,
snack dan sebagainya). Pembelian–pembelian tersebut begitu meriahnya,
tanpa disadari pentingnya setelah mereka membeli.
Saat melakukan pembelian barang-barang tersebut memang tidak akan menjadi beban yang bersangkutan manakala yang dibeli adalah bahan-bahan makanan/ minuman atau alat-alat masak yang tidak elektromik. Akan tetapi ternyata mereka sekarang membeli peralatan dan barang-barang yang tidak primer dan yang elektronik (Kulkas, TV misalnya), tidak terpikirkan bahwa setelah membeli dan memiliki akan mengandung biaya. Biaya yang ditanggung secara harian atau bulanan adalah biaya listrik, sementara barang-barang tersebut kurang produktif untuk bisa menghasilkan uang secara harian atau bulanan. Pembelian tersebut sekedar menghabiskan uang “dadakan” yang tidak diperhitungkan beban selanjutnya setelah memiliki barang-barang tersebut. Inilah yang dikatakan sebagai bukti bahwa masyarakat menengah kebawah sangat konsumerisme. Tanpa disadarik mereka memiliki barang-barang yang kurang produktif dan justru akan menjadi beban harian atau bulanan, yang berarti tidak menolong kehidupan sehari-hari, akan tetapi kebalikannya yaitu memberi beban biaya harian atau bulanan mereka. Jika dilihat secara global, maka pola kehidupan konsumtif ini telah mewabah hamper kesemua lapisan masyarakat. Setiap orang selalu berusaha untuk memiliki atau menghabiskan uang yang dimilikinya untuk membeli produk-produk yang belum pasti dapat bermanfaat bagi kehidupannya. Gaya hidup orang konsumerisme tentu sudah sangat jelas terlihat, bahwa seseorang tidak pernah puas akan apa yang dimiliknya, untuk itu mereka selalu berupaya untuk meiliki hal yang lebih dan lebih lagi dari apa yang orang lain punya.
· Pandangan
hidup individualisme menjelaskan bagaimana seseorang hidup tanpa adanya
sosialisasi dengan orang lain. Hal ini berarti memberikan pengertian
bahwa Individualisme itu sendiri merupakan bentuk keegoisan seseorang
didalam melakukan segala hal.
Dengan
sifat egoisnya itu, orang-orang itu tidak memperdulikan orang-orang
yang ada disekitarnya untuk dapat hidup bersosialisasi dengan dirinya.
Dalam era globalisasi dan modernisasi sekarang ini, pola kehidupan
bermasyarakat dengan menggunakan pandangan hidup seperti ini telah
berkembang kebanyak bangsa. Sebagai
contoh misalnya di Korea, yaitu kekuatan persatuan yang didasarkan pada
kedaerahan dan hubungan sekolah, yang secara tradisional sudah menjadi
inti cara orang Korea menjalin hubungan, kini telah berkurang. Hasil
dari survey yang menunjukkan bahwa individualisme telah berkembang di
antara masyarakat yang diadakan oleh LG Economic Research Institute pada
tanggal 13 Juni, menyatakan bahwa dari Sebanyak 1.800 orang
berpartisipasi di dalamnya ada 36,4% responden memprioritaskan
individualitas ketimbang organisasi. Sebanyak 36,8% mengatakan mereka
tidak setuju apabila tindakan atau aksi yang dilakukan untuk publik
harus memberi batasan atau melanggar hak pribadi seseorang. Masih banyak
beberapa kasus yang menyatakan bahwa dalam era globalisasi dan
modernisasi ini bahwa pandangan hidup individualism telah berkembang
pesat keseluruh Negara.
Dampak negatif dari pandangan hidup hedonisme, konsumerisme, dan individualisme
a. Banyak sekali dampak negatif yang tibul akibat hedonisme antara lain :
· Hedonisme
membuat orang lupa akan tanggungjawabnya karena apa yang dia lakukan
semata-mata untuk mencari kesenangan diri. Jika hal-hal tersebut mampu
menggeser budaya bangsa Indonesia maka sedikit demi sedikit Indonesia
akan kehilangan jati diri yang sesungguhnya.
· Manusia
akan memprioritaskan kesenangan diri sendiri dibanding memikirkan orang
lain, sehingga menyebabkan hilangnya rasa persaudaraa, cinta kasih dan
kesetiakawanan sosial.
· Sikap egoisme akan semakin membudaya, inilah bukti hedonisme yang menjadi impian kebanyakan anak muda.
· Semakin berkembangnya sistem kapitalis-sekuler karena sistem inilah yang menyebabkan hedonisme berkembang secara pesat.
· Merusak
suatu sistem nilai kehidupan yang ada dalam masyarakat sekarang, mulai
sistem sosial, politik, ekonomi, hukum, pendidikan sampai sistem
pemerintahan.
· Meningkatnya
angka kriminalitas. Tindak kriminal yang akhir-akhir ini marak terjadi
kebanyakan dilatar belakangi oleh sifat hedonisme manusia semata.
b. Komsumerisme
tidak terlepas dari yang namanya modernisasi. Seseorang yang sudah
termasuk didalam kategori konsumerisme ini sangat susah untuk
menghindarinya, karena mereka sudah menganggap bahwa mereka harus
menjadi yang pertama diantara orang lain. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dampak negative dari pola kehidupan konsumtif adalah sebagai berikut:
· Pemakaian uang yang berlebihan atau boros.
· Pemanfaatan barang atau produk-produk yang tidak sesuai kebutuhan yang seharusnya diharapkan.
· Gangguan
pssikologis, dengan kebiasaan mengkonsumsi suatu hal yang berada diatas
normal menebabkan kecanduan akan benda tersebut, dan jika kebutuhan
akan benda tersebut tidak dapat terpenuhi maka akan menimbulkan gangguan
psikologisnya.
· Tindakan
criminal, keinginan seseorang yang telah tergabung dalam
pola hidup konsumtif akan semakin buruk, jika yang bersangkutan
tidak lagi dapat memenuhi keinginnanya maka terpaksa ia harus melakukan
tindakan kriminal, seperti mencuri ataupun merampok.
c. Adapun dampak negative yang dihasilkan dari pola hidup individualis, yaitu:
· Kehilangan rasa solidaritas terhadap sesame
· Egoisme yang tak terbatas
· Terasingkan dari kehidupan social
· Kesulitan dalam bersosialisasi
BAB IV
Daftar Pustaka
Bambang, Suprapto.2001. Sosiologi. Edisi Kedua. Yogyakarta: Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada
Hasibuan,
Sofia Rangkuti. 1994. “Individualisme berkemandirian dalam Sejarah
Amerika”, Disertasi Sarjana tak diterbitkan, Universitas Indonesia.
Donald, P., Harby, L. & Gary , W. 1998. Globalisasi dan Modernisasi, 19 Maret 1997: Gejala Hedonisme menulari remaja, (Online), (http:// www.peutuah.com results/ study.html, diakses 25 November 2011).
Anita, Veni. 2008. Konsumerisme, 22 Juli 2008: Budaya Konsumerisme, (Online), (http://intl.feedfury.com/content/19423840-budaya-konsumerisme.html, diakses 25 November 2011).
Andy, Muhammad. 2005. Pandangan Hidup, 14 Juni 2005: Manusia dan Pandangan Hidup, (Online), (http://psyche2nest.wordpress.com/2010/11/29/manusia-dan-pandangan-hidup/, diakses 25 November 2011).
Wikipedia (Jakarta), 28 Pebruari 1995
Oleh,
Nama : Daniel Sitanggang
Fakultas : Hukum, Universitas Lampung
Casino - Mapyro
BalasHapusCasino. Mapyro is 경주 출장안마 the first place you'll ever get to make sure 군포 출장마사지 you 사천 출장마사지 never miss the action and excitement of Las Vegas. Sign up 대전광역 출장샵 for 광양 출장마사지 an account and start